Posted on December 3, 2010 by
Aryansah
Air adalah salah satu kebutuhan
utama bagi manusia, untuk kebutuhan minum, mandi, cuci, masak, dan lainnya.
Ketersediaan air bersih di sebuah kawasan sangatlah penting. Namun, mengingat
bahwa tidak semua kawasan mendapatkan air bersih, maka perlu adanya pemerataan
distribusi air bersih bagi masyarakat.
Kriteria air bersih biasanya
meliputi 3 aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Dalam usaha
menyediakan air bersih, biasanya BUMN di Indonesia yang berkaitan dengan hal
ini adalah PDAM – Perusahaan Dagang Air Minum. Kadang ada yang menyindirnya sebagai
Perusahaan Dagang Air Mandi, karena terkadang air yang didistribusikan tidak
memenuhi kriteria air minum, hehehe..
Anyway, secara teknis, tulisan ini
sebenarnya akan membahas mengenai jenis-jenis pengolahan air bersih. Secara
umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika,
kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara
mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan,
filtari, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat
penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan
untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Pada pengolahan
secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
PDAM, biasanya melakukan pengolahan
secara fisika dan kimiawi dalam proses penyediaan air bersih. Secara umum,
skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia terlihat seperti pada
gambar di bawah. Terdapat 3 bagian penting dalam sistem pengolahannya.
1.
Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi
sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Pada umumnya,
sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai. Pada bangunan
intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring
benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam
sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water
Treatment Plant.
2. Water
Treatment Plant
Water
Treatment Plant atau
lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih.
Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak
flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Nah, sekarang kita bahas satu per
satu bagian-bagian ini.
a. Koagulasi
Dari bangunan intake, air
akan dipompa ke bak koagulasi ini. Apa yang terjadi dalam bak ini..?? pada
proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena
pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan
berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel
koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan
secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan
atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang
pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic
jump. Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.
b. Flokulasi
Setelah dari unit koagulasi,
selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk
membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan
lambat (slow mixing).
c. Sedimentasi
Setelah melewati proses
destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit flokulasi,
selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi. Unit ini
berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah
didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Unit ini menggunakan prinsip berat jenis.
Berat jenis partikel koloid (biasanya berupa lumpur) akan lebih besar daripada
berat jenis air. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah antara air dan lumpur.
Gabungan unit koagulasi, flokulasi,
dan sedimentasi disebut unit aselator
d. Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses
selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah
untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini biasanya terdiri dari
antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda. Dilakukan
secara grafitasi.
Selesailah sudah proses pengolahan
air bersih. Biasanya untuk proses tambahan, dilakukan disinfeksi berupa
penambahan chlor, ozonisasi, UV, pemabasan, dan lain-lain sebelum masuk ke
bangunan selanjutnya, yaitu reservoir.
3.
Reservoir
Setelah dari WTP dan berupa clear
water, sebelum didistribusikan, air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini
berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum
didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan
distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya
diletakkan di tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang
menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.
Gabungan dari unit-unit pengolahan
air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya
pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun dalam satu kawasan
dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station
dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke
reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk
didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah
distribusi.
==================================================================
Referensi : Slide kuliah Rekayasa
Lingkungan Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
ITB 2009 oleh Ibu Dewi Kania.
Inspirasi tulisan : Kerjaan yang
lagi dikerjain